HAKIKAT MATEMATIKA DI
SD
Hakikat matematika artinya menguraikan apa
sebenarnya matematika itu, baik ditinjau dari arti kata matematika,
karakteristik matematika sebagai suatu ilmu, maupun peran dan kedudukan
matematika diantara cabang ilmu pengetahuan serta manfaatnya.
A. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan latin
matematika yang mulanya diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata dari mathema yang berarti
pengetahuan dan ilmu atau knowledge, science. Kata mathematike berhubungan pula
dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya
belajar atau berpikir.
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan
matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau bernalar.
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio atau penalaran, bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk
karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan
penalaran. Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu
logika adalah dasar terbentuknya matematika. Istilah Matematika berasal dari
bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika
diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan atau intelegensi.
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum
ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui
karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui
hakekat matematika.
Hudoyo mengemukakan bahwa hakikat matematika
berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang
diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan
konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika
dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal
diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam
struktur-struktur. Sedang Soedjadi berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam
matematika umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai
dengan lingkup semestanya.
Berdasarkan uraian di atas, agar supaya simbol
itu berarti maka kita harus memahami ide yang terkandung di dalam simbol
tersebut. Karena itu, hal terpenting adalah bahwa ide harus dipahami sebelum
ide itu sendiri disimbolkan. Misalnya simbol (x, y) merupakan pasangan simbol
“x” dan “y” yang masih kosong dari arti. Apabila konsep tersebut dipakai dalam
geometri analitik bidang, dapat diartikan sebagai kordinat titik, contohnya
A(1,2), B(6,9), titik A (1,2) titik A terletak pada perpotongan garis X = 1 dan
y = 2 titik B( 6, 9) artinya titik B terletak pada perpotongan garis X = 6 dan
y = 9. Hubungan–hubungan dengan simbol-simbol dan kemudian mengaplikasikan
konsep-konsep yang dihasilkan kesituasi yang nyata.
1. Definisi para ahli mengenai Matematika
a. Nasution, 1980
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani,
mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat
hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian,
ketahuan atau intelegensi.
b. James dan James, 1976
Matematika adalah ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar,
analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika
terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis
dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
c. Russefendi, 1989
Matematika itu terorganisasikan dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan
dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu
deduktif.
d. Johnson dan Rising, 1972 dalam Rusefendi,
1988
Matematika merupakan pola berfikir, pola
mengorganisasikan pembuktian logic, pengetahuan struktur yang terorganisasi
memuat sifat-sifat, teori-teori di buat secara deduktif berdasarkan unsur yang
tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya.
e. Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988
Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu
manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
f. Dienes , dalam Ruseffendi, 1988
Matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh
karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
g. Sujono, 1988
Mengemukakan beberapa pengertian matematika.
Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak
dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan
bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam
menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
h. Bourne, dalam Romberg, 1992
Matematika sebagai konstruktivisme sosial
dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk
yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi
dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang
dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk yang
pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak
dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika
pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan
antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini
harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan
tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks.
B. Matematika adalah ilmu Deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif,
karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan
ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode yang pencarian
kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara
induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan eksperimen.
Walaupun dalam mtematika mencari kebenaran itu
dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi sterusnya generalisasi yang benar
untuk semua keadaan harus bisa di buktikan dengan cara deduktif. Dalam
matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima
kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara deduktif.
Berikut adalah beberapa contoh pembuktian
dalil atau generalisasi pada matematika. Dalil atau generalisasi dibenarkan
dalam matematika karena sudah dapat dibuktikan secara deduktif.
- Contoh 1
Bilangan ganjil ditambah bilangan ganjil
adalah bilangan genap. Misalnya kita ambil beberapa buah bilangan ganjil, bai
ganjil positif atau ganjil negatif yaitu 1, 3, -5, 7.
+ 1 3 -5 -7
1 2 4 -4 6
3 4 6 -2 10
-5 -4 -2 -10 2
-7 8 10 2 14
Dari tabel diatas, terlihat bahwa untuk setiap
bilangan dua ganjil jika dijumlahkan hasilnya selalu genap. Pembuktian dengan
cara induktif ini harus dibuktikan lagi dengan cara deduktif.
Pembuktian secara deduktif sebagai berikut :
Misalkan :
a dan b adalah sembarangan bilangan bulat,
maka 2a bilangan genap dan 2b bilangan genap genap, maka 2a + 1 bilangan 2b + 1
bilangan ganjil.
Jika dijumlahkan :
(2a + 1 ) + (2b + 1) =
2a + 2b + 2 =
2 (a + b + 1) =
Karena a dan b bilangan bulat maka (a + b + 1)
juga bilangan bulat, sehingga 2 (a + b + 1) adalah bilangan genap.
Jadi bilangan ganjil + bilangan ganjil =
bilangan genap (generalisasi)
- Contoh 2
Jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama
dengan 1800.
Misalkan :
Siswa mengukur ketiga sudut sebuah segititga
dengan busur derajat dan menjumlahkan ketiga sudut tersebut, ternyata hasilnya
sama dengan 1800. Walaupun proses pengukuran dan penjumlahan ketiga sudut ini
diberlakukan kepada segitiga-segitiga yang lain dan hasilnya selalu sama dengan
1800, tetap kita tidak dapat menyimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut dalam
sebuah segitiga sama dengan 1800, sebelum membuktikan secara deduktif.
Pembuktian secara deduktif sebagai berikut :
d c
a
b
5.Ð4 , Ð3 , Ð2 , Ð1 , ÐGaris a // garis b,
dipotong oleh garis c dan garis d, maka terbentuk
3 = 1800 (membentuk sudut lurus)Ð2 + Ð1 + Ð
4 (sudut-sudut bersebrangan dalam)Ð1 = Ð
5 (sudut-sudut bersebrangan dalam)Ð3 = Ð
5 = 1800Ð2 + Ð4 + Ð3 = Ð2 + Ð1 + ÐMaka :
5 merupakan jumlah dari ketiga buah sudut pada
sebuah segitiga, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut dalam sebuah
segitiga sama dengan 1800.Ð2 + Ð4 + ÐKarena
Kesimpulan yang didapat dengan cara deduktif
ini barulah dapat dikatakan dalil atau generalisasi.
Dalil-dalil dan rumus matematika itu
ditentukan secara induktif (eksperimen), tetapi begitu suatu dalil ditemukan
maka generalisasi itu harus dibuktikan kebenarannya secara deduktif.
Pada pembelajaran matematika di SD pembuktian
dengan cara deduktif masih sulit dilaksanakan. Karena itu siswa SD hanya
melakukan eksperimen (metode induktif). Percobaan-percobaan inipun masih
menggunakan benda-benda konkrit (nyata). Untuk pembuktian deduktif masih sulit
dilaksanakan karena pembuktian deduktif lebih abstrak dan menuntut siswa
mempunyai pengetahuan-pengetahuan siswa yang sebelumnya.
Contoh : Pada pembuktian bilangan ganjil
ditambah ganjil sama dengan bilangan genap siswa harus sudah mengerti bilangan
ganjil, genap, bulat dan dapat menyelesaikan dalam bentuk umum bilangan-bilangan
tersebut.
Matematika yang merupakan ilmu deduktif,
aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan
semacamnya adalah sebuah system matematika. Sistem matematika berisikan
model-model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata.
Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola pikir orang
yang mempelajarinya menjadi pola piker matematis yang sistematis, logis, kritis
dengan penuh kecermatan.
Selain mengetahui karakteristik matematika, guru
SD perlu juga mengetahui taraf perkembangan siswa SD secara baik dengan
mempertimbangkan karakteristik ilmu matematika dan siswa yang belajar. Anak
usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Taraf
berfikirnya belum formal dan relatif masih kongkret, bahkan untuk sebagian anak
SD kelas rendah masih ada yang pada tahap pra-kongkret belum memahami hokum
kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi, seperti penjumlahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berfikir
kongkret sudah bisa memahami hokum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk
berfikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil matematika sulit untuk
dimengerti oleh siswa.
Siswa SD kelas atas (lima dan enam, dengan
usia 11 tahun ke atas) sudah pada tahap berfikir formal. Siswa ini sudah bisa
berfikir secara deduktif.Dari uraian di atas sudah jelas adanya perbedaan
karakteristik matematika dan siswa SD. Oleh karenanya diperlukan adanya
kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak SD yang
sebagian besar belum berfikir secara deduktif untuk mengerti ilmu matematika
yang bersifat deduktif. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para ahli
matematika dan apa yang dapat diterima oleh orang yang berhasil mempelajarinya
(termasuk guru). Bisa jadi merupakan hal yang membingungkan dan tidak masuk
akal bagi siswa SD.
Problematika pembelajaran matematika SD
senantiasa menarik diperbincangkan mengingat kegunaannya yang penting untuk
mengembangkan pola piker dan prasyarat untuk mempelajari ilmu-ilmu eksak
lainnya, tetapi masih dirasakan sulit untuk diajarkan secara mudah oleh guru
dan sulit diterima sepenuhnya oleh siswa SD. Kegunaan matematika bagi siswa SD
adalah sesuatu yang jelas yang tidak perlu dipersoalkan lagi, terlebih pada era
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Hal yang terpenting
untuk segera dipecahkan dalam masalah pembelajaran matematika SD adalah
bagaimanakah mengajarkan matematika sehingga guru dan siswa senang dalam proses
belajar mengajar?
C. Matematika adalah ilmu Terstruktur
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang
terorganisasikan. Hal ini karena matematika dimulai dari unsur yang tidak
didefinisikan. Untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi
prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep
selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya
menyiapkan kondisi siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan
dipelajari mulai dari yang sedehana sampai yang lebih kompleks.
Contoh seorang siswa yang akan mempelajari
sebuah volume kerucut haruslah mempelajari mulai dari lingkaran, luas
lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk dapat mempelajari
topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk / garis, titik sudut,
sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan persegi
panjang, dan akhirnya volume balok.
1. Struktur matematika adalah sebagai berikut
:
a. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal: titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan
dll. Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
b. Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka
terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan.
Misal: sudut, persegi panjang, segitiga,
balok, lengkungan tertutup sederhana, bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan
KPK dll.
Aksioma dan postulat
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan
unsur-unsur yang didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan
aksioma atau postulat.
Misal: – Melalui 2 titik sembarang hanya dapat
dibuat sebuah garis.
- Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya
sama besar.
- Melalui sebuah titik hanya dapat dibuat
sebuah garis yang tegak lurus ke sebuah garis yang lain.
- Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai
sebuah sudut yang lebih besar dari 900.
Aksioma tidak perlu dibuktikan kebenarannya
tetapi dapat diterima kebenarannya berdasarkan pemikiran yang logis.
c. Dalil atau teorema
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan
aksioma maka disusun teorema-teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya harus
dibuktikan dengan cara deduktif.
Misal: – Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap
- Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga
sama dengan 1800
- Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah
segitiga siku-siku sama dengan Kuadrat sisi miringnya.
D. Matematika adalah ilmu tentang pola dan
hubungan.
Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola
karena pada matematika sering dicari keseragaman seperti keturutan, keterkaitan
pola darisekumpiulan konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan
representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal : Jumlah a bilangan genap selamanya sama
dengan a2.
Contoh : a = 1 maka jumlahnya = 1 = 12
Selanjutnya 1 dan 3 adalah bilangan-bilangan
ganjil jumlahnya adalah 4 = 22. Berikutnya 1, 3, 5,dan 7, maka jumlahnya adalah
16 = 42 dan seterusnya.
Dari contoh-contoh tersebut, maka dapat dibuat
generalisasi yang berupa pola yaitu jumlah a bilangan ganjil yang berurutan
sama dengan a2.
Matematika disebut ilmu tentang hubungan
karena konsep matematika satu dengan lainnya saling berhubungan.
100 = 10.ÖMisal : Antara persegi panjang dengan balok, antara persegi
dengan kubus, antara kerucut dengan lingkaran, antara 5 x 6 = 30 dengan 30 : 5
= 6. Antara 102 = 100 dengan
Demikian juga cabang matematika satu dengan lainnya
saling berhubungan seperti aritmatika, aljabar, geometri dan statistika, dan
analisis.
E. Matematika adalah bahasa simbol
Matematika yang tediri dari simbol-simbol yang
sangat padat arti dan bersifat international. Pada arti berati simbol-simbol
matematika di tulis dengan cara singkat tapi mempunyai arti yang luas.
Misal : √9 = 3, 3 + 5 = 8, 3! = 1 x 2 x 3
F. Matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu
Matematika sebagai ratu ilmu artinya
matematika sebagai alat dan pelayan ilmu yang lain. Matematika sebagai suatu
ilmu yang berfungsi melayani ilmu pengetahuan. Matematika tumbuh dan berkembang
untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu
pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya
G. Kegunaan matematika
1. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.
Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan
pengembangannya bergantung dari matematika. Contoh :
a. Penemuan dan pengembangan Teori Mendel
dalam Biologi melalui konsep propabolitas.
b. Perhitungan dengan bilangan imajiner
digunakan untuk memecahkan masalah tentang kelistrikan.
c. Dalam ilmu kependudukan, matematika
digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk dll.
d. Dengan matematika, Einstein membuat rumus
yang dapat digunakan untuk menaksir jumlah energi yang dapat diperoleh dari ledakan
atom.
e. Dalam ilmu pendidikan dan psikologi,
khususnya dalam teori belajar, selain digunakan statistik juga digunakan
persamaan matematis untuk menyajikan teori atau model dari penelitian.
f. Dalam seni grafis, konsep transformasi
geometric digunakan untuk melukis mosaik.
g. Dalam seni musik, barisan bilangan
digunakan untuk merancang alat musik.
h. Banyak teori-teori dari Fisika dan Kimia
(modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep Kalkulus.
i. Teori Ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran
dikembangkan melalui konsep Fungsi Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.
a. Matematika digunakan manusia untuk
memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
1. Memecahkan persoalan dunia nyata
2. Menghitung luas daerah
3. Menghitung laju kecepatan kendaraan
4. Mengunakan perhitungan matematika baik
dalam pertanian, perikanan, perdagangan, dan perindustrian.
5. Menghitung jarak yang ditempuh dari suatu
tempat ke tempat yang lain.
6. Membentuk pola pikir menjadi pola pikir
matematis, orang yang mempelajarinya kritis, sistimatis dan logis.
Komentar
Posting Komentar